Sabtu, 29 Januari 2011

crop circle

 
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Warga menaiki bukit untuk melihat pola unik dalam lingkaran (crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter di areal persawahan di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab fenomena ini.
TERKAIT:
KOMPAS.com — Ini kisah lain sekitar tapak lingkar di sawah di Sleman, DI Yogyakarta, yang sempat diributkan sebagai bekas pendaratan UFO itu. Demi melihat apa yang oleh orang-orang pintar disebut sebagai crop circle itu, Yati (36) dan suaminya menuju lokasi tapak lingkar di Dusun Rejosari, Berbah, Sleman. Yati sendiri adalah warga Wonosobo, Jawa Tengah.
Jauh-jauh menempuh perjalanan lintas provinsi, mereka ingin mendapat kenang-kenangan berupa foto. Maka, Yati pun membawa kamera digital. Untuk mendapat gambar tapak, ia harus memotret dari ketinggian. Untuk itu, Yati dan suami mendaki Gunung Suru. Butuh perjuangan keras bagi Yati untuk menaklukkan trek Gunung Suru setinggi 25-30 meter.
Yati menyiapkan sarung tangan, yang berguna melindungi telapak tangan saat meniti tali tambang untuk mencapai puncak bukit berbatu yang becek dan licin itu. Belum lima meter naik, ia sudah terpeleset. Walau hanya terjerembab sedikit, karena sang suami dengan sigap menangkap tangannya, tak urung celana panjang dan jaketnya terciprat lumpur lumayan banyak.
Ibu muda itu akhirnya sukses tiba di puncak. Raut wajah lega terpancar di wajah walau peluh bercucuran. Semakin deras peluh mengucur karena cuaca panas Senin (24/1) siang itu. ”Kalau yang membuat pola unik ini manusia, cukup kreatif,” katanya seperti komentator para pakar di televisi itu.
Bergegas ia mengeluarkan kamera saku digitalnya yang mungil. Beberapa bidikan dibuatnya. Namun, raut wajahnya tampak kecewa kala melihat hasil jepretannya. Ia kembali membidik crop circle, tetapi kembali ekspresi kecewa terpancar. ”Waduh, ternyata hasilnya kok kabur, ya. Obyeknya kejauhan,” ujar Yati.
Jarak bukit dengan crop circle itu sekitar 100 meter.
”Atau kamera ini kurang modern, ya?” lanjutnya lagi.
Yati putus asa. Ia pun memutuskan turun bukit. Misi mengabadikan jejak ”UFO” gagal. Namun, bukankah banyak jalan untuk mencapai tujuan. Caranya? gampang saja. Di sekitar lokasi tapak lingkar itu banyak penjual foto-foto crop circle berukuran relatif besar. Dengan uang Rp 20.000, foto pola tapak melingkar tersebut tampak cukup jelas. Jauh lebih jelas daripada hasil jepretan Yati yang telah bersusah payah datang dari Wonosobo dan mendaki bukit plus terpeleset hingga bajunya belepotan lumpur itu.
”Enggak apa-apa mendapat foto tidak dengan kamera sendiri,” ucapnya menghibur diri sendiri.
Sang suami menyeletuk sambil tertawa, ”Lha ngerti ngono mendingan ra usah munggah. Ora nggowo baju ganti to, Bu....”
Itu bukan bahasa ”UFO”, tetapi bahasa Jawa yang artinya, ”Kalau tahu begini mendingan tidak usah naik. Tidak membawa pakaian ganti, kan?” (PRA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar